Rabu, 01 Juli 2020

Affar Vaginal's Birth (Induction)

Perjalanan kehamilan anak kedua saya dapat dibilang cukup menyenangkan dibandingkan anak pertama (mual sampai trimester kedua sungguh melelahkaan T_T..). Kehamilan kali ini juga tanpa perencanaan sebelumnya alias kebobolan, hahaa. Tepat satu minggu setelah ulang tahun Zema yang pertama saya tepar, mulai dari demam yang berkelanjutan hingga gejala yang awalnya saya kira maag. Karena tidak merasa ada rencana untuk hamil anak kedua, jadilah saya cuek aja minum obat herbal t*lak angin. Mulai heran karena gejala mual maagnya gak berkurang juga, hahaaa. Jujur dalam hati saya masih belum ngerasa hamil, karena saya pakai kontrasepsi setiap berhubungan dan karena Zema saat itu masih ASI, jadilah saya berpikir double protection, wkwkw. Ternyata oh ternyata saya gak bisa menghapus bisikan hati kecil "there's something wrong within my body". Saya mulai berdiskusi ke suami mau berobat ke dokter umum apa langsung ke dokter kandungan.. Akhirnya kami memutuskan untuk ke dokter kandungan karena saya berfikir kenapa gak sekalian konsultasi jadwal menstruasi saya yang tidak rutin (sejak nifas hingga ulang tahun pertama Zema saya hanya 2x menstruasi).

Dengan pertimbangan jarak yang sangat dekat dengan rumah, saya dan suami mendaftar ke RS. Premier Jatinegara, dr. Bambang Winarno, SpOG. Karena saya registrasi on spot, saya dapat nomor pasien terakhir. Saat suami masih on the way ke RS, saya sudah dipanggil masuk ke kamar dokter. Baru berjalan lima menit konsultasi, dr. Bambang bilang untuk tunggu suami saya dan beliau izin untuk sholat dulu karena memang sudah masuk waktu Magrib. Sampai dokter selesai sholat, suami belum datang juga (ditelpon juga gak diangkatt, grrr....) yoweislah saya ambil keputusan untuk diperiksa saja dulu tanpa suami (dalam hati, untung udah pengalaman anak pertama jadi udah tahu yang mau ditanyain apa aja). Saya mulai menceritakan gejala awal sakit saya, mulai dari demam terus seperti gejala maag sampai menstruasi yang baru 2x sejak nifas.
Benar saja, dr. Bambang langsung berkesimpulan "sepertinya hamil deh bu". dag dig dug dueerrrr. hadeehh, manee lagi nih si paksu belum dateng juga.
"yuk bu, kita langsung usg yaa. mudah mudahan benar prediksi saya" kata dr. Bambang.
Di tengah proses USG, bunyi ketok di pintu kamar dan ternyata paksu sampe juga hmf.
"Ini suaminya bu?", tanya dr. Bambang.
"Iya dok", jawab saya.
"Ayo pak sini kita lihat kondisi bakal janinnya ibu" kata dr. Bambang melanjutkan. Mungkin antara jet lag baru sampe sama shock dengar kata-kata dokter, suami saya diam aja dengan mimik agak kaget (gak nyangka dia ternyata positif, hahaaa.).

Hasil USG menunjukkan letak janin normal di dalam rahim dengan panjang kurang lebih 5cm. Untuk usia kandungan sendiri kurang lebih masuk 7w, dan prediksi kelahiran 16 Desember 2015. Setelah USG, saya menyempatkan diri untuk konsultasi detail mengenai kehamilan ini. Rasa penasaran saya mengenai kehamilan yang terjadi padahal kita ASI ekslusif terjawab sudah. Informasi dari dr. Bambang, memang ASI eksklusif merupakan salah satu kontrasepsi alami untuk seorang ibu. Namun, jika selama masa menyusui si ibu sudah mendapatkan menstruasi (setelah nifas) maka fungsi ASI sebagai alat kontrasepsi sudah tidak dapat diandalkan lagi atau artinya sang ibu sudah kembali subur dan jika dibuahi ayah yaa kemungkinan hamil sangat besar. Saya juga konsultasi apakah ASI saya bisa diteruskan karena saat itu Zema masih ASI dan "mentil" kalau mau bobo. dr. Bambang menyarankan untuk pelan-pelan disapih saja karena nanti takutnya menimbulkan kontraksi ke rahim. Well, saya chit chat cukup lama dengan dr. Bambang ini. Beliau sangat ke-bapak-an dan bahasanya santun sekali. Penjelasan beliau juga mudah dipahami oleh saya.

Selesai konsultasi, kami antri untuk membayar vitamin dan obat penguat janin. Sambil antri, saya diskusi dengan suami mengenai hasil USG dan kehamilan ini. Saya sempat khawatir bilang ke orang tua terutama mama, karena dari tiga bulan umur Zema, mama sudah wanti-wanti saya untuk pasang KB. Suami saya mencoba untuk menenangkan saya dengan bilang, ini anugrah dan rezeki dari Allah SWT. Banyak orang yang ingin hamil dengan berbagai usaha, masa kamu yang diberi kemudahan takut untuk ngomong sama mama. Sebenernya saya ngertiin sih kekhawatiran mama adalah umur Zema yang masih kecil ditambah hari gini pasti susah cari pengasuh yang benar-benar sayang sama anak kita. Mungkin karena naluri orang tua ya, si mama udah nebak duluan pas saya sampai rumah, hahaaa.

Seiring berjalannya kehamilan kedua ini, Zema mulai jadi rutin ngambek tanpa alasan yang jelas. Mungkin ini ya yang dimanakan "sundulan", merasa terbagi kasih sayangnya disaat dia masih membutuhkan perhatian full dari mama papanya. Tapi saya kasih pngertian ke Zema sambil saya peluk, walau kadang nangis bareng (biasa sindrom bumil muda bawaannya baper, hehee.) 9 bulan kehamilan berjalan cepat. Sama seperti kehamilan pertama, saya konsultasi di dua tempat, RS. Carolus dan Bidan Zakiah (Klinik Bersalin). Senin, tepatnya Tgl. 7 Desember 2015 (satu minggu sebelum hpl) saya cek up ke Dr. Royanto mengenai kondisi kehamilan. Dr. Royanto saat itu menyarankan untuk periksa dalam apakah rongga rahim memungkinkan untuk persalinan normal. Saat itu juga Dr. Royanto bilang kalau saya sudah ada pembukaan 1 tipis. Namun begitu, Dr. Royanto tetap memperbolehkan saya pulang dan memberikan saya surat rujukan kamar persalinan. Selama perjalanan pulang saya bilang ke suami, masa iya ya sudah ada pembukaan (karena awalnya hanya cek up dan belum ada tanda-tanda mulas atau flek). Kami berdua sepakat untuk ke klinik bidan Zakiah sore harinya. Periksa dalam, pendapat bidan Zakiah juga sama ada pembukaan 1 tapi tipis banget. Disuruh pulang karena mungkin masih bisa 3 atau 4 hari lagi. Besok paginya, saya coba lagi goyang pinggul yang dulu pernah saya coba praktekan menjelang persalinan Zema. Belum ada tanda-tanda mulas sampai akhirnya malam hari ketika sedang makan dan duduk di bangku saya tiba-tiba batuk dan ketika berdiri langsung berrrr, air mengalir keluar seperti ngompol ditempat. Sempat shock sebentar, lalu saya coba panggil suami dan bilang kayanya ketuban pecah deh. Suami dan saya yang juga sama-sama awam tentang ciri-ciri ketuban memutuskan untuk langsung ke rumah Bidan Zakiah untuk cek. Sesampainya dirumah Klinik, saya diminta berbaring dan umi Zakiah periksa. Setelah cek, kata umi ini bukan ketuban melainkan air seni yang keluar karena kantungnya tertekan saat batuk. Pembukaan pun di cek masih 1 namun sudah terlihat jelas. Umi Zakiah pun memperbolehkan saya pulang dengan catatan kalau sudah mulai muncul mulas boleh kembali lagi untuk cek.

Tanggal 8 Desember 2015, saya belum merasakan mulas dan karena insiden semalam saya jadi takut sendiri dan memperbanyak minum air putih agar kondisi air ketuban tetap bagus. Tanggal 9 Desember 2015, saya bangun untuk sholat subuh dan getaran mulas yang sangat manis mulai terasa. Setelah sholat, saya coba bantu menimbulkan mulas dengan berjalan kaki pagi. Sekitar jam 10 pagi, mulas sudah mulai konstan setengah jam sekali. Saya dan suami pun sepakat untuk meluncur ke Klinik dan langsung menghubungi umi Zakiah. Karena masih pagi, umi Zakiah masih dirumah dan saya diminta istirahat di Klinik. Dengan dibantu asisten umi Zakiah rongga panggul dan perut saya diperiksa. Sempat terucap "wah bu baby-nya besar nih, bisa 4 kg" kata si asisten umi Zakiah. Saya bertanya "maksudnya bu?". "iya kalau bayinya besar, kemungkinan secar-nya juga besa" jawab si asisten. "Deg.." udah mulai kepikiran yang ngga-ngga. Apalagi saya belum ada riwayat operasi sama sekali. Beberapa kali terdengar si asisten menghubungi umi Zakiah untuk konsultasi pembukaan. Saya pun mulai dipasangi infus induksi, beberapa kali tusuk karena nadi saya tipis Akhirnya sekitar jam 12 siang, mulas sudah mulai rutin 15 menit sekali dan pembukaan naik menjadi 2. Saya pun diberikan makan siang oleh suster untuk isi tenaga. Sampai akhirnya jam 2 siang mulas meningkat menjadi 10 menit sekali dengan lama mulas sekitar 1 menit. Tidak lama umi Zakiah datang dan memeriksa pembukaan sudah naik menjadi 4. Akhirnya mulas yang benar benar mulas pun terasa, saking tidak tahannya saya teriak panggil suster "Sus, kayanya udah mau keluar deh ini!".
Daaannn ternyata yang keluar p**p. Haduuhh malunyaaa..tapi mau gimana yaa namanya juga sama-sama mulas dan jujur aku gak bisa bedain, heheheee.

Tadaaa..gak lama setelah p**p, umi Zakiah pun bilang "bu, kepala bayinya udah keliatan nih". "ikutin aba-aba saya ya", kata umi. Akhirnya setelah 3x dorongan nafas kuat, lahirnya bayi laki-laki dengan berat 2,9 kg dan panjang 51 cm tepat saat adzan Ashar berkumandang. Alhamdulillah ya Allah, dengan perjuangan yang tidak sedikit (paksu sampe kena cakar, hahahaa) lahirlah anak laki-laki yang aku beri nama Muhammad Azzaffar Haskari. Dengan hanya menginap 1 malam, kamis sore pun akhirnya saya memutuskan pulang dan melanjutkan recovery dirumah saja.

Ini dia jagoanku :




Begitulah pengalaman proses melahirkan anak kedua saya secara spontan/normal. Semoga bisa berbagi buat calon ibu yang bertekad melahirkan normal. You can do it girl!!! Semangaaattt..